Pagi ini, aku dilanda rasa haru
yang entah jelmaan kebahagiaan atau kesedihan, sesak memenuhi rongga dada. Rasa
takjub dan banyak rasa lain yang sulit aku terjemahkan saat itu. Saat ketika
seorang sahabat masa kecil datang bersama rombongan keluarga besarnya lengkap
dengan buah tangan yang terlihat cantik dengan bentuk yang beraneka ragam. Ya,
saat itu aku tau tujuan mereka datang, adalah untuk menepati janjinya dulu,
janji yang selalu aku anggap guyonan, janji yang ternyata membuatnya bekerja lebih
keras untuk itu. Sangat mengejutkan. Ramah tamah yang basa-basi pun berlanjut
cukup hikmat, sampai tiba momen dimana aku terkekeh mendengarnya, “ hari ini gue datang datang untuk tepatin
janji gue dulu, tapi maaf kali ini gue ga nyiapin kalimat-kalimat gombal dan
sebatang coklat kecil kaya biasanya, gue cuma bawa ini, surat-surat bukti
kepemilikan dan laporan kinerja perusahaan yang alhamdulillah berhasil gue
rintis dan kembangin sampai cukup untuk nepatin janji gue ke lu dulu. Gimana?
Udah siapkan? Aga lama dan semoga belum terlambat atau keduluin orang. Haha”.
Speechless aseli. Tiba-tiba memori a couple
years ago yang tersimpan rapi dalam otak bagian belakang kembali muncul dan
rasanya ingin aku ceritakan kembali disini.
Aku mengenalnya ketika duduk
dibangku kelas 4 sekolah dasar. Dia murid pindahan yang kedatangannya cukup
meresahkan dengan segala tingkah
kepemimpinannya yang nakal dan disegani semua siswa dan tentunya menjengkelkan
bagi kaum siswi disekolah itu. Tak heran berbagai julukan menghinggapinya mulai
dari si raja onar, ketua geng dan lain-lain yang kurang aku ingat dengan baik.
Objek yang menjadi sasaran utama para guru yang naik pitam karena ulahnya dan
anak-anak buahnya. Dan aku salah satu siswi yang berani mentang pendapat dan ulah
mereka, aku rasa dia bukan sesuatu yang menakutkan, namun tidak jarang aku
dibuat merengek karena ulahnya. Keluar masuk ruang guru karena perdebatan rusuh
antara aku dan dia rasanya sudah menjadi hal biasa bagi teman-teman kami dulu.
Ketika memasuki tingkat akhir kami mulai mereda dan sedikit berdamai. Mungkin
sudah bosan dengan siklus perdebatan yang ujung-ujungnya kami pasti berdamai
diruangan itu dan disaksikan guru-guru. Semenjak itu dia menjadi luluh dan
memperlakukan aku dengan istimewa, tidak ada siswa yang berani mengganggu atau
menggodaku sejak itu. Bahkan obrolan-obrolan hangat, gombalan-gombalan romantis
sampai sebatang cokelat kecil bertabur almond hampir selalu mengisi kekosongan
diwaktu-waktu santai selama kegiatan sekolah kadang berlanjut hingga jam pulang
sekolah. Sedikit menghibur dan menjadi salah satu alasan dia mulai rajin datang
kesekolah, dimana sebelumnya guru selalu mengutus salah satu siswa untuk
menjemputnya kesekolah. Bukan perlakuan istimewa namun untuk dipermalukan
setelah dia berhasil dibujuk dan datang kesekolah. Haha
Sedikit menggelikan ketika
mengenangnya kembali, karena you have to
realize that’s cerita seragam merah putihhhhh. Haha. Kisah kita sempat
terputus ketika dia dan rombongan keluarganya dimutasi ke lain daerah, entah
kemana. Aku tidak tau dan tidak mau tau tau. Dan garis takdir mempertemukan
kita kembali, pada acara penyyambutan pergantian tahun kalender masehi sekaligus
ajang reuni tingkat sekolah dasar. Setelah pertemuan cukup panjang itu akhirnya
komunikasi kembali terjalin dengan baik, bahkan hingga aku memutuskan untuk
menerima ajakannya untuk menjalin hubungan lebih. Pacaran. Ketika itu kita
sudah berseragamputih abu, jadi sedikit wajar. Keragu-raguanku selama ini
ternyta benar, hal-hal yang selalu menjadi pertimnabnagn dan sedikit firasat
itu benar. Nyatanya hari-hari dengan status pacar justeru mebut kita merenggang
dan canggung. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk kita berubah menjadi sahabat
kembali. Setelah itu kita sama-sama menghilang. Dan takdir kembali mepertemukan
kita, kita menempuh pendidikan untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas
yang sama. komunikasi dan intensitas pertemuan kembali membaik. Pulang pergi
bareng kekampus, aku sih yang nebeng lebih tepatnya. Dari jaman putih merah dia
selalu berucap bahwa dia akan melamarku sebagai istrinya. Namun aku selalu
hampir menolaknya dengan gaya-gaya cewe matre, “punya apa?” haha. Hingga suatu hari dia bersumpah serapah akan
melamar ku ketika dia sudah sukses dan mempunyai perusahaan sendiri. Lucu,
tentu saja lucu. Namun, diam-diam aku selalu mengamini doa yang baik itu,
rasanya aku akan sangat bahagia mengetahui sahabatku sukses, bukan soal lamaran
itu. Entah apa yang selalu da ceritakan kepada mamanya, sehingga mamanya selalu
ikut membantu promosi ke mama aku untuk menyakinkan anaknya layak denganku
kelak. Haha.
Sebelum akhirnya alarm bergemuruh
dan memaksaku kembali kedunia nyata. Kedunia dimana hari ini tepat 15 bulan aku
menjalani hubungan dengan seseorang yang aku sebut pacar. Rencananya hari ini
kita akan menikmati momen di tanggal 16 dengan bermain air di daerah babakan
madang sentul. Pasti menyenangkan dan aku akan segera bergegas setelah ini. Oooya,
bahkan detik ini aku tidak tahu kabar dan keberadaan sahabat yang menjadi tokoh
utama di bunga tidurku semalam.
#bungatidur1