Halaman

Sabtu, 15 Februari 2014

Diantara Waktu Luang *Ujarnya


          Entah dari mana mulainya bisa ketemu orang-orang keren (menurutsaya) kaya mereka. Salah satunya seseorang yang mengakui dirinya sebagai “Senior Alay”  dengan argumennya “Anak alay kalo ketemu gue mereka pada salim—senior”  dan kamipun meng-ia-kan-nya *kemudiansalim* *Loh? Okecukup. Kalo dibahas dari awal bisa bulan depan selesainya.

Kebiasaan kepo ternyata ga selalu berdampak buruk pada hati loh, salah satunya ini. *taraaa* nemu link diantarawaktuluang.wordpress.com *kemudianmengunjungi* dan *Pow! “Silahkan masuk, duduk, dan nikmati suguhan sederhana diantar waktu luangmu” kebetulan lagi ada waktu luang saya pun duduk manis menyentuh layar handpone sambil memfokuskan mata untuk menikmati suguhan yang tersedia. Postingan pertama yang saya nikmati berjudul “Televisi dan Pembodohan” ah sangat menarik, saking menikmatinya entah saya sudah menyantap berapa porsi postingannya, beruntungannya postingan ini di suguhkan secara gratis, andaikan bertarif? Ah mungkin uang jajan saya sudah habis dibuatnya. Hehe

Sampai saat ini ada salah satu postingan yang sangat saya favoritkan, judulnya “Jangan Pikirkan Gajah!” isinya seperti ini: (semoga senior alay yang satu ini berbaik hati memberikan izin untuk me-repost postingannya. *izin? Belom, masih ngumpulin keberanian untuk bilangnya xD)

“May 14, 2012 by gulisworld

Apa yang kalian pikirkan jika ada orang yang berkata “jangan pikirkan gajah”?

Ya, otomatis pikiran kita justru akan memikirkan gajah. Begitu juga dengan saya. Saat ini banyak orang yang meminta saya untuk tidak memikirkan gajah, bahkan diri saya sendiri pun memerintahkan untuk tidak memikirkan gajah. Tapi si gajah ini memang nakal rupanya. Semakin saya tidak ingin memikirkannya, dia justru semakin jelas datang dalam pikiran saya. Bahkan alam bawah sadar saya. Lalu tanpa dosa dia masuk ke mimpi saya.

Tadi malam saya bermimpi tentang si gajah. Iya, gajah yang itu. Gajah yang tidak seharusnya saya pikirkan. Tapi saya malah memimpikannya dengan sangat jelas dan nyata. Dia datang dengan senyumnya yang khas. Sesekali dia tertawa, entah menertawakan apa. Tapi dalam mimpi itu kami berbincang tentang banyak hal. Sesuatu yang sepertinya saya kenal.

Tapi itu hanya dalam mimpi. Kenyataannya, si gajah itu tidak ada di dunia nyata saya. Mungkin pernah ada. Tapi lalu menghilang. Jangan tanya saya kemana perginya, karena saya tidak tahu. Mungkin kembali ke hutan, mungkin juga dia menemukan kandang yang nyaman. Entahlah.

Saya jadi berpikir. Jangan-jangan selama ini saya hanya bermimpi? Kata Cobb (Leonardo Dicaprio) dalam film Inception, kita tidak pernah menyadari kalau kita sedang bermimpi sampai kita berada di pertengahan cerita. Persis. Saya tidak ingat kapan saya mulai mengenal si gajah. Bagaimana atau darimana datangnya si gajah. Saya tidak ingat. Yang saya ingat, tiba-tiba kami sering bersama. Yang saya ingat hanya saya merasa senang dengan kehadirannya. Yang saya ingat betapa saya tidak ingin berpisah dengannya. Itu saja. Saya hanya bermimpi. Selama ini hanya mimpi. Lalu saya terbangun dari mimpi panjang yang menyenangkan. Tidak ada si gajah. Hanya ada saya sendirian. Ditinggalkan.

Si gajah sudah pergi. Mungkin dia marah. Mungkin juga bosan. Mungkin saya terlalu memaksanya untuk tinggal padahal mungkin dia tidak berencana tinggal di sini. Mungkin kemarin dia hanya mampir, beristirahat sambil lewat. Mungkin dia ingin meneruskan perjalanannya lagi, menuju tempat tujuan yang pasti. Tujuan yang dia rencanakan semula.

Saya sempat melihatnya. Sebenarnya saya mencarinya dan menemukannya. Saya melihatnya di sana. Di sebuah taman penuh bunga. Dia bersama seekor gajah lainnya, tertawa bersama. Ah saya tahu… Mungkin ini yang selama ini dia tunggu. Pantas dia selalu menghitung waktu. Sayangnya, dia tak pernah bicara tentang itu. Mungkin malu. Mungkin juga tak perlu. Salah saya sendiri tidak mencari tahu.

“Hei Gajah, apakah saya membuatmu tidak nyaman? Saya hanya ingin berteman, bermain bersama, tertawa, berbagi cerita.”

Sudahlah. Tidak ada gunanya mengganggu si gajah. Tak perlu sedih, tak perlu merasa kehilangan. Karna si gajah pun tidak. Cukup melihat saja, sekedar mengetahui bahwa dia baik-baik di sana. Bahagia. Itu saja. Sehingga saya tidak perlu lagi memikirkannya. Tidak perlu memikirkan gajah. Jangan pernah.”

*re-post dari http://diantarawaktuluang.wordpress.com/2012/05/14/jangan-pikirkan-gajah/


Ahhhh ini suguhan paling menyentuh, *mengapa? Rasa-rasanya saya pernah mengalami kisah seperti itu. Mari merenung! TIDAK ADA GUNANYA MENGGANGGU SI GAJAH! “Sudahlah. Tidak ada gunanya mengganggu si gajah. Tak perlu sedih, tak perlu merasa kehilangan. Karna si gajah pun tidak. Cukup melihat saja, sekedar mengetahui bahwa dia baik-baik di sana. Bahagia. Itu saja. Sehingga saya tidak perlu lagi memikirkannya. Tidak perlu memikirkan gajah. Jangan pernah.” Terimakasih kaka senior, ah love yaaa :’)