Entah aku yang lupa atau memang
tidak pernah terjadi. Semakin diingat semakin aku lupa, bagaimana pula cara
mengingat sesuatu yang mungkin, memang tidak pernah terjadi. Ah sudahlah. Tapi memang,
rasanya disetiap aku membutuhkan bahu untuk sekedar bersandar atau telinga yang
dengan tulus mendengar keluh kesah dia hampir selalu tidak ada. Kecewa? Tentu saja.
Kalau bukan dia siapa lagi? Sahabat? Tidak. Tidak, untuk momen-momen tertentu
aku lebih membutuhkan dia bukan sahabatku. Mereka? Sudahlah. Mereka sudah hidup
di kisah baru yang kebetulan Tuhan tidak mengajakku dalam setiap skenarionya. Tidak
mengapa, aku sudah mulai mengikhlaskan walaupun belum sepenuhnya (buktinya
malam ini, maaf lagi-lagi harus kalian yang pertama kali aku ingat ketika aku
sendiri dan ingin berkeluh kesah). Mungkin karena mereka tidak pernah
meninggalkanku sendiri seperti ini. skip.
Rasanya setiap momen yang sedang
atau dia akan lalui aku ingin selalu ikut bersamanya, merasakan setiap detik,
apapun yang sedang dikerjakan dan dirasakannya bahkan disetiap lelahnya
sekalipun. Merepotkan, tentu saja. Namun, percayalah aku hanya ingin merasakan
setidaknya aku jadi tahu. Meski masih banyak hal-hal yang belum aku pahami
sepenuhnya. Tidakah dia berpikir demikian? Melalui momen apapun berdua
setidaknya lebih baik dari pada sendiri. Bukankan berbagi itu menyenangkan?
Aku yang manja dan terlalu banyak
berharap masih belum terbiasa dengan perlakuan-perlakuan seperti ini. Tolong
mengertilah, aku juga ingin berubah menjadi mandiri. Tapi, untuk saat ini aku
belum siap dengan kondisi keterpurukan ini. Dia pasti belum mengetahui tentang
keterpurukan ini, tentu saja. Aku masih menunggu momen yang tepat untuk
bercerita dan sedikit berkeluh kesah kepadanya. Mungkin dia selama ini menganggap
semuanya baik, dan salahnya aku tidak bisa memperlihatkan kesedihanku
akhir-akhir ini kepadanya. Ujung-ujungnya aku tidak bisa mengontrol emosi,
terlalu baper dan sensitif, kemudian yang bisa aku lakukan hanya diam dan
membendung air itu. Apakah dia peduli? Aku rasa tidak begitu. Keesokan harinya
semua akan kembali normal. Baik seperti bisanya. Padahal jika saja dia
menanyakan “kenapa” aku akan menceritakan semuanya secara detail mengapa akhir-akhir
ini aku menjadi manusia yang selalu lepas kontrol dan terlalu sensitif. Tidakah
dia menyadarinya?
Sekarang, aku sudah sampai
dikamarku dengan selamat dan sedikit kekecewaan. Besok, aku akan belajar lebih memahami
dia dan mengurangi pengharapan-pengharapan itu. Selamat beristirahat, and i miss u so badly J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar