Halaman

Senin, 17 Agustus 2015

Hari Bertiga

Hai,

Beberapa hari lagi mungkin kita ga akan bisa pergi bareng kaya hari ini. Setelah sekian lama ga jalan bertiga, akhirnya hari ini kita jalan bertiga, kalo lagi akur dan setiap malem ketemu pasti selalu ada momen untuk jalan bertiga. Momen yang paling aku kangenin.
Entah kenapa selalu suka jalan bareng kalian. Iya, kamu dan kamu. Dulu hampir setiap malem. Sekarang sekedar kumpul aja udah susah banget. Ga ngerti deh betapanya hari ini. Ga ngerti harus seneng atau sedih.

Gaberubah...
Sikap dan tingkah laku kalian masih aja sama. Kekanakan tapi super protect disetiap perjalanannya. Hari ini pergi naik si kepala dua. Mungkin masih suasana lebaran yang katanya arus balik aseli statsiun udah kaya lautan orang. Mau seramai dan sedesekdesekan apapun tetep ngerasa terlindungi banget. Duh kalian! :')
Kalo lagi jalan bertiga gini suka ngerasa jadi cewe yang paling beruntung. Beruntung bisa dikawal sama dua cowo keren (tapi nyebelin) yang selalu rusuh disetiap harinya. Rusuhnya kalian itu lucu dan selalu bikin perut sakit karna nahan ketawa. Hihi. Dari mulai dibawain tas, dipakein topi + jaket yang kegedean, digandeng kaya orang mau nyebrang sampe digendong kalo cape. Haha
Salah. Salah banget sebenernya kalian terlalu manjain gini. Dan sampe detik ini masih ga kebayang kalo kalian tiba-tiba pergi dan kita ga akan ketemu lagi. Hhhhhhhh :'(
Trimakasih untuk waktu dan hari yang menyenangkan. Semoga ini bukan yang terakhir. Semoga kita bahagia. Love you all as always! :')

Rabu, 12 Agustus 2015

Siap tidak siap tetap akan berakhir


Tertawa? Menurut definisi dari KBBI tertawa berarti melahirkan rasa gembira, senang, geli, dsb dengan suara berderai. Foto itu menceritakan lebih dari apa yang kamu ceritakan sebelumnya. Foto yang tak sengaja aku lihat dijejaring sosial media milik keluargamu. Rasa gembira tentu saja menjadi salah satu penyebab kebahagiaan. Harusnya aku ikut berbahagia atas apa yang kamu rasakan seperti yang tergambar jelas dalam foto itu. Harusnya. Namun, hatiku tidak setabah itu. Rasa kecewa masih sangat menghantui, selalu hadir saat kenangan-kenangan itu melintas. Harusnya aku, bukan dia. Katanya semua bukan inginnya kamu, tapi entah harus percaya atau tidak. Nyatanya aku lihat kamu sangat berbahagia dalam foto itu. Foto bersama mereka yang katanya akan menjadi calon keluarga. Cemburu, mugkin kata yang pantas untuk menyimpulkan semua kejadian ini. Semua terjadi terlalu cepat, dengan atau tanpa persetujuan aku, aku orang yang katanya kamu cintai sepenuh hati semua akan tetap terjadi. Katanya semua bukan inginnya kamu. Tapi omong kosong. Maaf untuk kali ini rasa percayaku sudah tak berpihak kepada mu. Kamu yang selalu aku semogakan.

Aku juga bisa lelah. Lelah dengan kisah yang kita jalani ini. Ingat sekarang kamu dan segenap keluargamu telah memilih dia. Ini bukan hal yang main-main lagi. Aku sudah tidak berhak dengan apapun yang aku inginkan terhadapmu lagi. Waktu telah memberikan penjelasannya, bahwa secinta apapun aku kepadamu, pada akhirnya orang yang melukai tak selayaknya diperjuangkan lagi. Luka? Tentu saja aku terluka dengan apa yang telah menjadi pilihanmu itu. Sangat terluka.


Sekarang diamlah di tempatmu. Tidak perlu mendekat lagi. Aku juga akan diam disini. Mari saling memerhatikan dari jauh saja. Renungkan apa saja yang telah kamu lakukan dan siapa saja orang yang telah kamu kecewakan. Kita akan tetap begini selamanya. Tidak perlu saling berbicara perihal cinta, aku sudah lelah memperdebatkannya. Nanti, setelah saling lelah. Semoga kita akan saling melupakan. Aku akan baik-baik saja dengan hidupku meski tanpa kamu lagi, mungkin.  Kamupun akan tetap baik-baik saja dengan pilihan barumu itu. Tentang perasaanku yang masih amat sangat kepadamu, biarlah itu menjadi urusanku saja. Selamat berbahagia. Meski aku tidak pernah benar-benar akan bahagia melihatmu bersamanya.