Entah
dari mana mulainya bisa ketemu orang-orang keren (menurutsaya) kaya mereka. Salah
satunya seseorang yang mengakui dirinya sebagai “Senior Alay” dengan
argumennya “Anak alay kalo ketemu gue
mereka pada salim—senior” dan kamipun
meng-ia-kan-nya *kemudiansalim* *Loh?
Okecukup. Kalo dibahas dari awal bisa bulan depan selesainya.
Kebiasaan kepo
ternyata ga selalu berdampak buruk pada hati loh, salah satunya ini. *taraaa*
nemu link diantarawaktuluang.wordpress.com *kemudianmengunjungi* dan *Pow! “Silahkan masuk, duduk, dan nikmati
suguhan sederhana diantar waktu luangmu” kebetulan lagi ada waktu luang saya
pun duduk manis menyentuh layar handpone sambil memfokuskan mata untuk menikmati suguhan yang tersedia. Postingan pertama yang saya nikmati berjudul “Televisi
dan Pembodohan” ah sangat menarik, saking menikmatinya entah saya sudah
menyantap berapa porsi postingannya, beruntungannya postingan ini di suguhkan secara
gratis, andaikan bertarif? Ah mungkin uang jajan saya sudah habis dibuatnya. Hehe
Sampai saat ini
ada salah satu postingan yang sangat saya favoritkan, judulnya “Jangan Pikirkan
Gajah!” isinya seperti ini: (semoga senior alay yang satu ini berbaik hati
memberikan izin untuk me-repost postingannya. *izin? Belom, masih ngumpulin keberanian untuk bilangnya xD)
“May 14, 2012 by gulisworld
Apa yang kalian pikirkan jika ada orang
yang berkata “jangan pikirkan gajah”?
Ya, otomatis pikiran kita justru akan
memikirkan gajah. Begitu juga dengan saya. Saat ini banyak orang yang meminta
saya untuk tidak memikirkan gajah, bahkan diri saya sendiri pun memerintahkan
untuk tidak memikirkan gajah. Tapi si gajah ini memang nakal rupanya. Semakin
saya tidak ingin memikirkannya, dia justru semakin jelas datang dalam pikiran
saya. Bahkan alam bawah sadar saya. Lalu tanpa dosa dia masuk ke mimpi saya.
Tadi malam saya bermimpi tentang si
gajah. Iya, gajah yang itu. Gajah yang tidak seharusnya saya pikirkan. Tapi
saya malah memimpikannya dengan sangat jelas dan nyata. Dia datang dengan
senyumnya yang khas. Sesekali dia tertawa, entah menertawakan apa. Tapi dalam
mimpi itu kami berbincang tentang banyak hal. Sesuatu yang sepertinya saya
kenal.
Tapi itu hanya dalam mimpi.
Kenyataannya, si gajah itu tidak ada di dunia nyata saya. Mungkin pernah ada.
Tapi lalu menghilang. Jangan tanya saya kemana perginya, karena saya tidak
tahu. Mungkin kembali ke hutan, mungkin juga dia menemukan kandang yang nyaman.
Entahlah.
Saya jadi berpikir. Jangan-jangan selama
ini saya hanya bermimpi? Kata Cobb (Leonardo Dicaprio) dalam film Inception,
kita tidak pernah menyadari kalau kita sedang bermimpi sampai kita berada di
pertengahan cerita. Persis. Saya tidak ingat kapan saya mulai mengenal si
gajah. Bagaimana atau darimana datangnya si gajah. Saya tidak ingat. Yang saya
ingat, tiba-tiba kami sering bersama. Yang saya ingat hanya saya merasa senang
dengan kehadirannya. Yang saya ingat betapa saya tidak ingin berpisah
dengannya. Itu saja. Saya hanya bermimpi. Selama ini hanya mimpi. Lalu saya
terbangun dari mimpi panjang yang menyenangkan. Tidak ada si gajah. Hanya ada
saya sendirian. Ditinggalkan.
Si gajah sudah pergi. Mungkin dia marah.
Mungkin juga bosan. Mungkin saya terlalu memaksanya untuk tinggal padahal
mungkin dia tidak berencana tinggal di sini. Mungkin kemarin dia hanya mampir,
beristirahat sambil lewat. Mungkin dia ingin meneruskan perjalanannya lagi,
menuju tempat tujuan yang pasti. Tujuan yang dia rencanakan semula.
Saya sempat melihatnya. Sebenarnya saya
mencarinya dan menemukannya. Saya melihatnya di sana. Di sebuah taman penuh
bunga. Dia bersama seekor gajah lainnya, tertawa bersama. Ah saya tahu… Mungkin
ini yang selama ini dia tunggu. Pantas dia selalu menghitung waktu. Sayangnya,
dia tak pernah bicara tentang itu. Mungkin malu. Mungkin juga tak perlu. Salah
saya sendiri tidak mencari tahu.
“Hei Gajah, apakah saya membuatmu tidak
nyaman? Saya hanya ingin berteman, bermain bersama, tertawa, berbagi cerita.”
Sudahlah. Tidak ada gunanya mengganggu
si gajah. Tak perlu sedih, tak perlu merasa kehilangan. Karna si gajah pun
tidak. Cukup melihat saja, sekedar mengetahui bahwa dia baik-baik di sana.
Bahagia. Itu saja. Sehingga saya tidak perlu lagi memikirkannya. Tidak perlu
memikirkan gajah. Jangan pernah.”
*re-post dari http://diantarawaktuluang.wordpress.com/2012/05/14/jangan-pikirkan-gajah/
Ahhhh ini
suguhan paling menyentuh, *mengapa? Rasa-rasanya
saya pernah mengalami kisah seperti itu. Mari merenung! TIDAK ADA GUNANYA
MENGGANGGU SI GAJAH! “Sudahlah. Tidak ada
gunanya mengganggu si gajah. Tak perlu sedih, tak perlu merasa kehilangan.
Karna si gajah pun tidak. Cukup melihat saja, sekedar mengetahui bahwa dia
baik-baik di sana. Bahagia. Itu saja. Sehingga saya tidak perlu lagi
memikirkannya. Tidak perlu memikirkan gajah. Jangan pernah.” Terimakasih kaka senior, ah love yaaa :’)